Mengukir Jejak

     Malam itu aku sedang berbaring di kamarku, sebetulnya sih sambil mengkhayal kesana kemari, kiri kakan ku lihat saja *eh loh, itukan potongan lirik lagu naik kepuncak gunung* sudahlah kembali ke poko cerita. Trelelet..treletet.. suara apa itu? oh tenang itu suara handphone ku ketika ada panggilan masuk, maklum handphonenya masih cinitnit *sebutan untuk hanphone yang sudah jadul, layarnya juga hitam kuning, bukan hitam putih kaya photo ijazah hee*. Seketika segala sesuat yang ada di khayalanku hilang, sirna, lenyap entah kemana.           "Siapa sih?"   gerutuku, sedikit kesal.   "Halo.." suara di sebrang sana.   "Halo.. siapa ya? ada perlu apa? penting gak? kalo gak penting matiin aja" itu jawabanku dengan kalimat yang begitu bertubitubi keluar dari mulutku   "Eh, eh kok gitu, ini saama Lyra bukan?". tanya nya kepadaku. Lah kok dia bisa tahu namaku, padahal aku tidak mengenalnya suaranya baru ku dengar, ini orang asing. "Iya

MERDEKAKAH Merdeka, benarkah sudah merdeka? Bagaimana merdeka itu? Seperti Indonesia? Ya Indonesia, merdeka dari penjajah yang berselendang senjata laras panjang Tetapi, sudah merdekakah Indonesia dari penjajah bermahkota kerakusan Itu masih dipertanyakan Sudahlah Indonesia tetap negriku Negriku, negriku, negriku Negri yang aman dan damai bagi yang merasakannya Merdekalah Indonesiaku Satukan kekuatan untuk Indonesia jaya Merdekalah Indonesiaku Junjung tinggi kehormatanmu Merdekalah Indonesia Rakyatmu kan membelamu